Topeng Blantek memiliki sastra
dan bahasa tersendiri dalam pertunjukannya. Sastra pada Topeng Blantek ini
memiliki ciri khas bentuk sastra, sebagai berikut : bahasa yang digunakan,
cerita yang dibawakan, penggarapan cerita, alur cerita, dan pantun dalam pertunjukannya.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian masyarakat Jakarta yang dikenal
dengan sebutan bahasa Betawi dan Sunda. Betawi memiliki daerah atau lingkungan
bahasa suku kentalnya, yang terdiri dan Betawi tengah dan Betawi pinggir.
Bahasa Betawi tengah cininya setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti
menjadi vokal E, misalnya kata kemana menjadi kemane. Dan bahasa Betawi pinggir cirinya setiap
kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal AH, misalnya : kata
kenapa menjadi kenapah dan orang Betawi pinggir menyingkat kata tersebut
menjadi napah. Dan bukan hanya bahasa Betawi pinggir saja yang digunakan oleh
pelaku Topeng Blantek, terdapat pula bahasa Sunda keseharian yang kasar dalam
pertunjukan Topeng Blantek, misalnya : kehet, piru yaitu cacian atau bahasa
Sunda kasar yang biasa digunakan masyarakat Betawi.(aj/ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar