Pantun pada mulanya merupakan
sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk
pantun terdiri atas dua bagian : sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, sering kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris
masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak punya hubungan dengan bagian kedua
yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan sajak. Dua bait
terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.”
(http://id.wildpedia.wjkj/pantun.2-2-2012). Namun dalam Topeng Blantek
pantun bukan saja berfungsi sebagai syair dan sajak, tetapi sebagai bagian
pertunjukan Topeng Blantek untuk menyindir lawan main dengan melempar pantun
pada lawan main sebagai ciri khas tradisi Betawi yang memiliki bahasa pantun
melayu Betawi pinggir. Jenis pantun yang diutarakan berupa: “berpantun” yaitu
menyanyikan (membawakan) pantun bersambut sambutan, “memantuni” yaitu menyindir
dengan pantun dan “memantunkan” mengarang (menyatakan) dalam bentuk pantun.
Terkadang dalam memantunkan Panjak (pemain) bisa saja tidak nyambung dengan
syair dan panjaknya untuk mengeluarkan efek lucu dan lawakan. (aj/ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar